.jpg)
Jauh sebelum kelahiran dan kehadiran pejuang-pejuang wanita dalam sejarah bangsa Indonesia, telah muncul dan lahir sejumlah pejuang wanita tangguh yang membela Islam pada masa Rasulullah dulu. Sebut saja istri pertama Nabi Muhammad saw, Khadijah. Dia termasuk pejuang wanita yang paling dikenang dalam sejarah agama Islam. Tidak hanya berkorban harta benda, Khadijah termasuk wanita pertama yang masuk Islam dan membela agama Allah ini dengan segenap jiwa raganya. Tak heran jika ia dijuluki “Khadijah al-Kubra”, yang agung. Bahkan Rasulullah pun sangat kehilangan ketika istrinya itu meninggal dunia, hingga tahun wafatnya disebut dengan amul huzni alias tahun duka cita.
Selain Khadijah, muncul pula Aisyah ra,
yang juga termasuk istri Rasulullah. Putri sahabat Nabi, Abu Bakar as-Shiddiq
ini memiliki peran yang sangat penting sepanjang sejarah perjuangan dakwah
Islam. Aisyah termasuk perawi hadits terbanyak dan tempat belajarnya para
sahabat. Bahkan, ada ulama yang mengatakan, seandainya ilmu seluruh wanita
dikumpulkan dibanding ilmu Aisyah, maka ilmu Aisyah akan lebih banyak. Ia pun
dijuluki ummul mukminin atau ibunya kaum
beriman.
Demikian pula dengan kaum wanita atau
mujahidah-mujahidah yang lain pada masa Rasulullah. Mereka tidak ketinggalan
dalam berlomba meraih kebaikan dan jihad, meskipun sibuk sebagai ibu rumah
tangga. Mereka ikut belajar dan bertanya kepada Rasulullah saw. Bahkan para
wanita ini juga turut berjuang di medan perang. Sebut saja, Nasibah binti Kaab
atau yang dikenal dengan sebutan Ummu Imarah. Dia adalah mujahidah pembawa air
dalam Perang Uhud. Istilah kerennya, dapatlah dikatakan kalau Ummu Imarah ini
adalah pejuang di bagian logistik.
Bahkan di tengah berkecamuknya Perang
Uhud, Ummu Imarah tidak hanya bertugas membagi air, dia turut pula mengangkat
pedang dan busur panah guna menghalau kaum kafir yang ingin mendekati dan
membunuh Rasulullah. Bersama Mush’ab bin Umair, Ummu Imarah berhasil melindungi
Rasulullah dari sabetan pedang tentara Quraiys bernama Ibnu Qamiah, padahal
saat itu dia dalam kondisi luka parah. “Setiap kali aku melihat kanan-kiriku,
kudapati Ummu Imarah membentengiku pada Perang Uhud,” kenang Rasulullah saw.
Begitulah ketangguhan Ummu Imarah.
Asma binti Abu Bakar juga termasuk
“Kartini” pada masa Rasulullah. Adik dari Ummul Mukmini Aisyah ini termasuk
sahabat wanita yang terkemuka dan masuk Islam sejak dini. Yang paling dikenal
sejarah dalam perjuangan Asma adalah dalam peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad.
Dengan menahan berbagai penderitaan dan penuh kesabaran dia membawa bekal bagi
Rasulullah dan Abu Bakar as-Shiddiq, ayahnya. Dia dijuluki dzaatin nithaqain (wanita yang memiliki dua sabuk) karena memotong ikat
pinggangnya menjadi dua bagian; satu bagian untuk tempat rangsum makanan dan
satunya lagi untuk tempat minuman.
Ada pula Asma Binti Yazid al-Anshariah,
salah seorang orator wanita terkemuka yang terkenal berani dan selalu tampil ke
depan. Dia adalah seorang ahli hadits yang sempat mengikuti Perang Yarmuk.
Dalam perang tersebut ia bertugas di bagian logistik dan medis, menyuplai
minuman kepada para pejuang dan mengobati yang terluka. Suatu ketika, di saat
peperangan sedang berkecamuk, dia mengambil tiang kemahnya dan maju ke medan
pertempuran dan berhasil membunuh sembilan prajurit Romawi.

Kenalkan pula wanita yang satu ini.
Namanya, Lubabah Kubra (Lubabah binti Harits al-Hilali), istri Abbas bin Abdul
Muthalib. Ia termasuk wanita terhormat yang melahirkan banyak tokoh. Lubabah
adalah wanita kedua yang masuk Islam di Makkah setelah Khadijah.
Kemudian, wanita bernama Rufaidah
al-Anshariah. Dia termasuk perawat wanita pertama dalam sejarah Islam. Tugasnya
merawat para tentara yang terluka di medan perang. Pengabdiannya di bidang
rawat-merawat ini sangat teruji. Dan dengan sepenuh hati dia mengabdikan
dirinya untuk melayani para pejuang Islam. Dialah yang membalut luka Sa’ad bin
Abi Waqqash ketika dibawa ke kemahnya sewaktu Perang Khandaq.
Lalu, ada Rumaisha binti Milhan, seorang
sahabat wanita yang terpandang. Dia adalah ibu Anas bin Malik yang aktif ikut
dalam beberapa pertempuran bersama Rasulullah. Pada waktu Perang Uhud, Rumaisha
bertugas sebagai penyuplai minuman para pejuang dan mengobati yang cedera. Pada
waktu Perang Hunain dia bersama Aisyah bertugas mengambil air dan membawanya
dengan kantong-kantong kulit untuk diberikan kepada kaum muslimin di saat
perang sedang berkecamuk, setelah itu mereka kembali lagi mengambil air dan
membawanya ke barisan kaum muslimin.
Kemudian wanita yang satu ini. Namanya, Syifa binti Abdullah al-Adawiah al-Quraisyiah. Pada zaman
jahiliyah sudah pandai baca-tulis dan setelah Islam dia mengajari Hafsah (salah
satu istri Rasulullah) membaca dan menulis. Demi meningkatkan mutu pendidikan
dan pengajaran yang dilakukannya, Rasulullah memberikannya sebuah rumah di
Madinah. Ia termasuk guru wanita pertama di masa perjuangan Islam.
.jpg)
3 comments:
Subhanallah
wanita2 yg sangat inspiratif,..
produsen mukena katun jepang
terima kasih artikelnya sangat bermanfaat salam dari PRODUSEN MUKENA SANTUNG
Post a Comment